My Y!

Thursday 2 September 2010

Nodame, Beethoven Virus dan Musik Klasik


How many of you likes classical music? Raise your hand please... 

Musik klasik, bagi kita yang awam, adalah musik yang rumit dan bikin ngantuk. Saya kadang-kadang mendengar musik klasik dari kecil. Tapi ga pernah nyadar gimana cara mengapresiasinya, sampai akhirnya ada dorama Jepang berjudul Nodame Cantabile. Udah pernah denger serial ini kan? Ceritanya tentang perjuangan siswa sekolah musik Momogaoka. Ada yang bercita-cita pengen jadi maestro konduktor, ada yang belajar maen piano karena pengen jadi guru TK dan bikin lagu anak2 (walo akhirnya cita-cita ini berubah jadi pengen bermain piano dalam concerto yang dikonduktori oleh sang gebetan, tokoh utama cowok), ada yang pengen bikin dan berkarir di orkestra dan sebagainya. Cerita ini menunjukkan bahwa impian bisa diraih dengan kerja keras. Walo ceritanya komikal banget (karena emang diadaptasi dari komik) tapi banyak pelajaran berharga buat saya. Bahwa menikmati musik klasik ga melulu soal melodi. Ada cerita yang disampaikan dari berbagai musik klasik itu. Termasuk juga cerita bagaimana sebuah musik digubah, bahkan dapat pula menceritakan kondisi dan latar belakang sang musisi pada saat meng-compose musik itu.



Di Jepang ada Nodame, Korea ga mau kalah. Mereka membuat dorama yang berjudul Beethoven Virus. Meski sama-sama mengandung unsur komedi, tapi yang disebut belakangan ini juga melodramatis, khas Korea. Ada maestro kelas dunia yang memiliki sifat asosial, egois dan strict. Ada lulusan sekolah musik yang malah jadi PNS, hingga akhirnya dia mengajukan proposal membuat orkestra di kotanya dan malah menderita tuna rungu. Satu lagi seorang polisi muda berhobi maen trumpet yang sebenarnya adalah jenius musik, tapi dia ngga sadar dengan kelebihannya tersebut. Sejalan dengan episode-nya, cerita menjadi semakin rumit dan ketiga tokoh ini semakin berkembang. Sang Maestro belajar mengenai kehangatan persahabatan, sehingga lebih manusiawi dalam menanggapi emosi (sebelumnya dia menganggap emosi malah merusak interpretasi musiknya menajdi subjektif). Violinis (yang juga PNS itu tadi) akhirnya ==SPOILER== memang mengalami penurunan pendengaran, tapi dia tetep keukeuh ga mau lepas dari musik. Sedangkan Trumpeter (polisi) belajar untuk menjadi konduktor yang lebih baik, tidak hanya mengarahkan orkestra, tapi juga mengatasi masalah-masalahnya. Muatan yang diangkat ga beda-beda jauh dari Nodame, kerjasama dan pantang menyerah. Disini kita juga belajar bahwa dalam bermusik, kita juga harus peka. Bagaimana menghasilkan melodi musik yang mampu membawa pendengar mengalami emosi yang dimaksud, senang, sedih, terharu, bersemangat dan lain sebagainya.


Dari beberapa sumber (blogger yang lebih gila nonton dorama) yang disebut belakangan ini terinspirasi dari yang disebut duluan. Inti ceritanya emang sama, musik klasik. Sepertinya keduanya bertujuan untuk lebih memperkenalkan musik klasik di kalangan awam. The amazing thing of both dorama is all the actors study hard to perform their character, sehingga mereka ngga canggung dan membuat adegan bermain musiknya nampak nyata, ngga dibuat-buat (ini yang kurang dari akting aktor2 kita). Kim Myung-min yang jadi konduktor di Beethoven Virus belajar dari konduktor beneran selama 5 bulan intensif. Hasilnya, adegan conducting-nya bagus, emosinya ngalir begitu aja. Bikin mangap saking terpukaunya... Begitu juga dengan Tamaki Hiroshi yang memiliki peran sama dalam Nodame. Both of them are great, but I was touched when Kang Mae (Kim Myung-min) conduct Beethoven's Symphony no. 9.

Banyak yang menyayangkan ending dari Beethoven Virus, katanya nggantung. Tapi buat saya, it's even better. ==SPOILER LAGI== ga ada yang jadian, tapi menimbulkan pengharapan, "Okay, I have to do better to be appropriate." Bahkan kalopun dibikin season 2, mungkin bakal ngerusak cerita keseluruhannya, lebih baiknya sih dibikin cerita baru lagi dengan tokoh yang lain (emang ada yang mo bikin season 2-nya ya??).

Kalo Nodame, hmm... saya belom menuntaskan ceritanya. Selain serial yang 11 episode itu, ada 2 miniseri spesialnya, plus 2 film yang blom saya tonton. Komiknya juga belom baca, because honestly, the drawing is not so good. Di Nodame, perkembangan karakter tokohnya lebih bagus. Setiap karakter berkembang dengan caranya sendiri, agar dapat mengejar atau menyamai karakter lain yang lebih bagus, tidak ada satu karakter yang lebih baik daripada yang lain (walopun disini Chiaki dianggap paling hebat, tapi untuk kejeniusan main piano sebenernya kalah dari Nodame kan, bukan dari segi teknik lho..)

Kedua dorama itu menghibur, di tengah banyaknya tayangan tipi yang bikin saya ogah nonton. Nilai 4 dari skala 1 mpe 5. Ada yang mo ngerekomendasiin tontonan lain?