Weekend kemaren, saya diajak ma Om saya jalan2 ke Pemalang. Not that way actually, he's got married, I'm attending the ceremony, together with my cousin. Kita berangkat hari Sabtu pagi, tapi saya udah diculik dari kos2an hari Kamisnya. Itupun dengan cara penculikan yang ngga awam dan membuat saya capek (sampe akhirnya saya tumbang hingga hari ini).
Saya berangkat dari kos pukul 02.30 pm naik bis yang baru bisa saya naiki pukul 03.00 pm, disinyalir karena hari Kamis itu banyak peserta SPMB yang pada mo balik ke bawah dan memilih siang yang panas itu buat sebagai waktu yang tepat buat berpisah dengan rekan-rekan seperjuangannya dan naik bis sampe penuh. Nyampe di rumah sepupu saya pukul 04.00 pm kurang lah. Setelah basa-basi busuk, saya menikmati hari itu dengan mengelus leher saya yang bagian dalemnya dah mulai radang dan kena flu (Damn!). Ngga beberapa lama kemudian, Om saya mulai memberi sinyal2 sms ke hape, dia akan datang menjemput pukul 06.00 sore. Okelah, saya tinggal nunggu. Sembari nunggu itu, sepupu saya dan anaknya lagi asyik bikin adonan kue, kemudian mereka sibuk 'berantem' gimana cara make alat pencetaknya yang berbentuk tabung dan nampak beribet itu. Berbekal pengalaman selama bertahun-tahun ngerecoki Nyokap bikin kue tiap lebaran, saya berhasil mentransfer ilmu mencetak kue kepada mereka yang dibalas dengan pujian2 berlebihan yang membuat saya ngga enak (jadi agak nyombong juga sich). Setelah berkutat dengan kue2 itu, Sang Om pun mulai membuat percakapan (tidak penting sebenarnya) via sms tentang saya akan dijemput di mana yang berujung pada perdebatan ngga penting (tentang posisi saya yang di Kapling tapi Om saya ngotot itu Mrican)! Dan entahlah, tiba2 kesalahpahaman berhasil diluruskan, dan akhirnya saya dijemput untuk dipindahkan ke rumah sepupu saya yang lain lagi. Malam itu, saya berhasil menjembatani tali silaturahmi antara 2 keluarga (lagi! keluarga dari Bokap dan dari Nyokap) dan menginap di Klipang (tepatnya Ketileng) serta direcokin ma makhluk2 mungil yang (awalnya nampak) lucu (dan itu menipu).
Keesokan harinya, ditingkahi dengan segala kekacauan, curhatan kebandelan anak2, kenakalan makhluk2 mungil dan hiruk-pikuk kehidupan, kita BATAL berangkat ke Pemalang pada hari Jumat. Kita malah berangkat hari Sabtu, pagi2 buta, ditingkahi bunyi idung meler dan masuk angin. Singkat cerita, kita makan di daerah Pekalongan (yang sebelumnya diwarnai dengan berkali-kali brenti di pinggir jalan gara2 klakson yang enggan berkicau), di saat yang sama migrain saya kumat. Sampai di Petarukan, jam udah menunjukkan pukul 10.20an am. Acara ijab kabul belum dimulai. Ponakan saya yang dapet jatah kerjaan jadi penunggu, eh, penerima tamu, di drop di rumah, sisa rombongan berangkat ke hotel buat dandan. Di hotel inilah saya ketemu sepupu2 n Bulik2 dari Jogja. Setelah basa-basi, saya didandanin, pake seragam kebaya (seragam keponakan keluarga pengantin laki-laki) dan bergaya di tempat berlangsungnya acara resepsi. Sambil nahan rasa kantuk, sakit kepala, kepanasan, dan hasrat pengen muntah, saya mengikuti acara dengan tertib.
Sepulangnya kita kondangan, masih sempet buat belanja batik di Pasar Sentono Pekalongan. Dan Oh Mi God! I Hate Shopping!
Jadi pengen ke Jogja.
Monday, 9 July 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment